Berkendara Perahu di Danau Singkarak, Sumbar. | KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
TIUPAN sepoi angin lembah membelai tenang muka air
Danau Singkarak di Nagari Sumpur, Tanah Datar, Sumatera Barat. Sekejap
riak gelombang membentuk alur garis seiring gerak laju perahu kecil para
pencari ikan bilih.
Sejak pagi hingga petang, jaring-jaring
ditebar. Perahu pun kembali berjalan sambil menarik jaring menuju
daratan. Ribuan ikan berukuran sekitar 3 sentimeter dalam sekejap
terjaring. Ikan-ikan kecil itulah yang jadi sumber penghidupan warga
sekitar danau.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO Membersihkan Ikan di Danau Singkarak, Sumbar.
Ikan bilih
(Mystacoleucus padangensis) adalah ikan endemik,
hidup bergerombol, dan berkembang biak di sekitar tepian Danau
Singkarak. Jenis ini tidak ditemukan di perairan lain. Saat musim
pemijahan anak, mereka pun sering masuk ke sungai-sungai sebelum kembali
ke perairan danau.
Jenis ikan ini pertama kali ditemukan Weber
dan Beaufort, peneliti Belanda, pada tahun 1912. Ikan bilih bersisik
perak berkilauan dan sekilas mirip ikan wader, tetapi ikan bilih
maksimal hanya berkembang dengan ukuran sekitar 5 sentimeter.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO Digoreng Kering.
Ratusan warga memperoleh berkah dari ikan bilih setiap hari. Setiap
pencari ikan dalam sehari rata-rata memperoleh 7-8 liter ikan bilih.
Mereka menjualnya dengan harga antara Rp 10.000 dan Rp 15.000 per liter
kepada para pedagang. Para pedagang ini kemudian menjajakan ikan bilih
matang: digoreng kering, di tepi jalan raya lintas Sumatera yang
melintasi Danau Singkarak.
Sejumlah kalangan menganggap populasi
ikan tersebut semakin menyusut. Untunglah, beberapa peneliti mulai
mengembangkan teknik pengembangbiakan di perairan ini. Dengan demikian,
ikan bilih akan tetap hidup untuk menghidupi warga sekitar.
(Rony Ariyanto Nugroho)
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Ikan bilih (Mystacoleucus padangensis) adalah ikan endemik, hidup
bergerombol, dan berkembang biak di sekitar tepian Danau Singkarak.