Teori bahwasannya minyak bumi dan gas alam berasal dari fosil masa lalu mungkin tidak akan berlaku lagi. Dari hasil penelitian ini, teori Abiotik menyatakan bahwa sumber daya alam (khususnya minyak bumi dan gas alam) berasal dari gas antar bintang dan debu angkasa pada saat terbentuknya bumi. Teori ini sudah ada sejak abad ke-19, dan menjadi perdebatan hebat ketika teori ‘Peak Oil’ memanas, seperti yang dikatakan Richard Heinberg dari New College of California.
Teori Abiotik Patahkan Teori Bahan Bakar Fosil
Beberapa ilmuwan memiliki kebiasaan yang sangat tidak ilmiah ketika mengusulkan teori, atau terkadang hanya tebakan liar yang kemudian dijadikan fakta yang benar. Seperti medan magnet bumi yang menghasilkan arus di inti bumi tapi sama sekali tidak ada buktinya, dan beberapa pelajar lain keberatan dengan teori tersebut.
Ahli geofisika dan astronom serta para editor media masa populer membuatnya seolah-olah semua itu sudah terbukti. Minyak bumi dan gas alam misalnya, merupakan bahan bakar fosil yang dihasilkan oleh pembusukan sedimen organik terdiri dari organisme laut mikroskopis. Seharusnya pembusukan ini menghasilkan Tar, zat yang disebut kerogen yang sebagian besar terdiri dari hidrokarbon yang sangat berat. Lapisan tumpukan sedimen di atas sumber minyak ini seharusnya kerogen yang terkubur sangat dalam. Panas internal dan tekanan Bumi mengkonversi kerogen menjadi hidrokarbon ringan, termasuk metana (CH4, komponen gas alam). Kerogen ditemukan dalam serpihan minyak dan Ter (bahan pembuat aspal) yang bisa dikonversi melalui panas menjadi minyak bumi dan gas alam.
Sebagian besar penemuan juga diragukan, mungkin semua batubara terbentuk dari tumbuhan terestrial. Fosil pohon pakis dan sisa-sisa tanaman lain dapat ditemukan di tambang batubara. Bahkan gambut digunakan sebagai bahan bakar di beberapa tempat, jelas terbentuk dari vegetasi yang terkubur. Gambut terkubur sedalam mungkin hingga membentuk batubara coklat atau lignit, dan kemudian batubara bituminous dan akhirnya antrasit.
Vegetasi yang membusuk menghasilkan metana dan membuat gelembung di rawa, hal ini juga ditemukan di tambang batubara. Tapi vegetasi tumbuhan baik tumbuhan terestrial atau organisme laut, mereka semua mengandung banyak senyawa organik yang sama. Lalu, kenapa kita tidak menemukan minyak bumi dan metana di tambang batubara? Dan mengapa pengebor minyak bumi dan gas alam pernah menemukan jenis bebatuan keras, batu bara seperti cadangan karbon?
Minyak Bumi Terbentuk Dari Senyawa Karbon Metana
Mereka berpendapat bahwa tidak ada Peak Oil (titik puncak minyak) tapi sebagian besar minyak bumi dan gas secara perlahan naik dari mantel bumi dan kerak yang lebih rendah, cukup untuk menghidupi kita selama ribuan atau bahkan jutaan tahun.
Dmitri Mendeleev, seorang kimiawan yang mendukung abiotik, pendukung lainnya dari ahli geologi. Marcellin Berthelot ahli kimia asal Perancis dan Thomas Gold astronom Amerika, mereka salah satu pendukung pertama yang setuju dengan Abiotik. Tahun 1988, pemerintah Swedia mencoba meyakinkan dengan mengebor lahan bebatuan granit tanpa sedimen organik sedalam 4,5 Mil, dan sebagian kecil (80 barrel) minyak bumi ditemukan. Minyak bumi dan gas alam telah ditemukan di tempat lain ketika sumur menembus di bawah semua sedimen, tapi pernyataan skeptis mengklaim bahwa minyak bocor dan turun dari sedimen diatasnya, atau bahwa lapisan batuan telah melipat dan memutar batuan dasar (beku di atas beberapa sedimen).
Didalam lumpur dasar laut, sebagian besar metana yang terjebak dalam hidrat beku atau metana clathrates, jauh melebihi semua gas yang pernah diproduksi atau ditemukan cadangan gas baru. Sumber ini berada di kedalaman lebih dari 300 meter, molekul metana (karena dingin dan tekanan) terjebak dalam semacam kandang molekul air dan dicampur dengan sedimen. Metana terperangkap dalam satu area kecil di lepas pantai Carolina. Jika peneliti bisa mengeluarkan cadangan gas alam ini, Amerika Serikat tidak perlu membeli cadangan gas selama lebih dari lima puluh tahun, dan ini hanya sebagian kecil dari pasokan Clathrates diseluruh dunia.
Saat ini mungkin manusia belum mampu mengembangkan cara aman dan ekonomis untuk mengelola sumber daya ini, volume gas sukar dijelaskan dengan teori biologis. Karbon di Clathrates diperkirakan mencapai dua kali total seluruh cadangan karbon ‘bahan bakar fosil’ seluruh dunia, termasuk batubara yang sebagian besar karbon.
Gas Helium ditemukan di beberapa sumur, gas ini ringan dan inert karena tidak dapat membakar dan digunakan dalam balon dan airships, diam dan tidak reaktif, tidak dapat membentuk senyawa, termasuk senyawa organik. Jadi secara tak langsung kita mengakui bahwa Helium merupakan Abiotik, terperangkap di dalam bumi ketika planet kita terbentuk, begitu juga dengan metana.
Gas antar bintang dan debu angkasa mengandung berbagai hidrokarbon dan senyawa organik lainnya. Bahwa gas ini tidak terbentuk dari ganggang laut dan senyawa kimia seperti metana, formaldehida, asetilena, etilena, ketena, metanol, dan benzena. Semua ini diperkirakan terjebak saat terbentuknya bumi.
Bumi Dan Planet Lain Menyerap Metana
Sebagian minyak bumi dan gas (mungkin tidak semuanya) berasal dari abiotik, serta jumlah yang tersisa mungkin jauh melebihi semua yang telah dikelola selama ini. Masalahnya adalah, hidrokarbon (minyak bumi dan gas alam sebagian besar terdiri dari seri parafin, atau alkana) lebih ringan dibandingkan dengan batuan sekitarnya, terangkat secara bertahap tetapi difus di seluruh Bumi. Hal ini tidak ekonomis memanfaatkan minyak bumi dan gas kecuali telah dipekatkan dengan akumulasi garam dan di bawah ‘Anticlines‘. Cadangan garam juga menjadi kurang padat dari batuan sekitarnya, naik ke arah pusat formasi dan mendorong lapisan batuan di atasnya.
Jika lapisan atasnya tahan terhadap penetrasi cairan, minyak bumi dan gas bisa terperangkap diantara garam dan lapisan atas. Anticlines merupakan pegunungan yang terbentuk dari kekuatan tektonik, jika lapisan atas yang tahan terhadap Anticlines juga dapat menjebak cadangan hidrokarbon.