Gua Tsur. Tempat bersejarah yang terdapat di Kota Makkah ini menjadi salah satu tujuan wisata para jamaah haji dan umrah saat berada di Tanah Suci. Gua Tsur terletak di puncak Gunung Tsur.
Gunung yang tinggi 458 meter itu berada di sebelah selatan kota Makkah Al-Mukarramah. Di gua itulah Rasulullah SAW bersama Abu Bakar Shiddieq bersembunyi selama tiga hari dari kejaran kaum kafir Quraisy, ketika hijrah ke Madinah Al-Munawwarah.
Sabtu (13/10) siang, rombongan petugas Media Center Haji
mengunjungi Gunung Tsur yang terletak 4 kilometer dari Masjidil Haram.
Awalnya, tak mendaki bukit batu yang jalannya sangat terjal itu.
Terlebih, suhu kota Makkah hari itu mencapai 41 derajat celcius.
Namun, karena rasa ingin tahu yang membuncah membuat nekad untuk
mendaki Gunung Tsur yang masyhur itu. Begitu sampai di kaki gunung, kami
disambut oleh petugas perlindungan tempat bersejarah Arab Saudi.
‘’Marhaba… Indonesia, apa kabar?’’ sapa seorang petugas. Mereka
lalu memberi kami brosur dan CD tentang Bukit Tsur. ‘’Hadiah… hadiah…’’
kata petugas berpakaian khas Arab sembari mengambilkan kantong untuk
tempat brosur, buku, serta CD.
Jam menunjukkan pukul 11.00. Terik matahari yang sangat panas
membuat tujuh anggota rombongan mundur. Mereka memutuskan untuk tak
mendaki Gunung Tsur. Dua orang memutuskan untuk mendaki gunung itu demi
melihat Gua Tsur.
Perjalanan pun dimulai. Setapak demi setapak jalan menuju Gunung
Tsur dilalui. Berbeda dengan jalur menuju Jabal Nur, tangga menuju Gua
Tsur masih batu-batu yang terjal.
Agar tak terlalu panas, kemudian mengikatkan handuk kecil di
kepala. Tak mudah mendaki Gunung Tsur di siang bolong. Selain harus
menaklukkan jalur yang terjal, panas matahari yang menyengat membuat
harus berkali-kali berlindung di tepi lereng batu.
Sebenarnya, waktu yang paling tepat untuk mendaki gunung-gunung di
Kota Makkah adalah pagi hari, selepas shalat Subuh. Ketika mulai
mendaki, jamaah haji dari berbagai negara justru sudah mulai turun dari
puncak Gunung Tsur.
Sepanjang perjalanan, kami saling mengucap salam dan bersalaman
dengan jamaah haji dari berbagai negara. Pendakian menuju puncak Bukit
Tsur boleh dibilang mirip dengan perjalanan semut. Saling mengucap salam
dan bersalaman.
Selalu menyempatkan diri untuk berbincang dengan jamaah yang ramah.
Hanya untuk sekadar menanyakan negara asal dan nama. Ada jamaah dari
Turki, Pakistan, India, Uighur, Tajikistan, Nigeria, Afghanistan,
Belanda dan negara-negara lainnya.
‘’Assalamualaikum. Anda dari mana?’’.
‘’Nigeria. Saya Boko Haram…’’ kata seorang pria sambil bertepuk
dada. ‘’Boko Haram bagus,’’ ujarnya sambil menuruni anak tangga. Boko
Haram adalah kelompok Islam garis keras yang memperjuangkan penerapan
syariat Islam di Nigeria dengan cara mengangkat senjata.
Entah sudah berapa kali menepi untuk sekadar berlindung dari
sengatan matahari. Sambil berteduh, kemudian memandang kota Makkah dari
atas Gunung Tsur. Menara Royal Clock tampak menjulang ke angkasa.
Setelah rasa capek mulai berkurang, perjalanan kembali dilanjutkan.
Air mineral dalam botol kecil pun tak terasa sudah habis.
Kekhawatiran mulai sirna begitu di tengah perjalanan melihat tempat
pemberhentian. Ternyata ada juga pedagang air mineral dan makanan kecil.
Segera membeli jus buah. Harganya dua riyal. Pedagang berkebangsaan
Bangladesh itu memberi tahu perjalanan yang harus dilalui masih lumayan
jauh. Sebelum melanjutkan perjalanan, membeli sebotol air mineral lagi.
Semakin tinggi, jalur yang harus ditempuh semakin terjal. Apalagi
jika melihat ke puncak gunung, rasanya agak berat untuk melanjutkan
perjalanan. Namun, dengan tekad yang kuat, akhirnya sampai juga di
puncak bukit Gunung Tsur dan bisa melihat gua yang disebut dalam Alquran
surah At-Taubah ayat 40:
"Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya
Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin
Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua
orang ketika keduanya berada dalam gua…"
Gua Tsur memiliki dua pintu, dari depan dan belakang. Luasnya
sekitar dua meter persegi. Kami menyempatkan diri untuk shalat Zuhur di
puncak Gunung Tsur menghadap ke Ka’bah yang ada di Masjidil Haram.
Sesungguhnya, mendaki bukit batu ini bukanlah termasuk dalam sunah
ataupun wajib dan rukun haji. Sehingga, jamaah tak perlu memaksakan diri
untuk datang ke tempat ini, apalagi medan yang harus ditempuh sangat
berat. (MCH)